( tulisan ini aku colong dari http://pa)soepati.blogdetik.com/2009/05/19/mukasyafah/ semoga pemiliknya dapat menghalalkannya. karena niatku tulus untuk berbagi)
Dua orang laki-laki satu dari Indonesia dan satu dari Afganistan
sedang berjalan jalan, kemudian mereka berpapasan dengan perempuan yang
menggunakan penutup tubuh (hanya kelihatan mata saja). Seorang dari
laki-laki tersebut “clingukan” terkesima, dalam hatinya berkecamuk
pertanyaan: iku sopo? Belum selesai ketergangguannya lewat lagi
perempuan serupa, dia bergumam “iki sopo neh?”, “podo mau ora?” setiap
kali ada perempuan yang serupa lewat, dia memandangi dan terus membuat
dia penasaran.
Kemudia ketika perjalanan diteruskan, saat berpapasan dengan wanita yang
terbuka justru laki-laki yang satunya yang “terkesima” yang clingukan,
hatinya berkecamuk, bergetar tanpa henti, “wah ayu ne rek!” belum sempat
dia menelan ludah datang lagi perempuan yang lebih terbuka, “edan
tenan, semledot!” terus setiap berpapasan lagi dia tambah jlalatan
gemetar jantungnya, karena dia mengalami “gangguan”.
Kedua laki-laki itu saling berkata: “edan, ente kok ono cewek seksi
ngono ora nglirik babar pisan!” lelaki menjawab: “lah bagiku itu udah
biasa bung! Wong seandainya yang lewat tadi telanjang saja, aku tenang
wae kok, hal hal begitu aku udah lulus/ wis khatam! Tidak lagi menarik
bagiku dan tidak ada gangguan untukku keindahan yang engkau lihat itu,
karena rasa ingin tahu ku sudah terjawab tuntas!”
Rasa ingin tahu menimbulkan ketertarikan, satu lelaki ingin tahu
siapa perempuan dibalik penutup tubuh, lelaki lain ingin tahu
“keindahan” yang belum/jarang dilihat.
Teman saya berkata: mengapa paha mulus perempuan menarik bagi
laki-laki? Dia menjawab karena di tutup dan menimbulkan misteri
(ketidakterungkapan)
Jadi , ketika aurat ditutup, itu menjadi indah, menimbulkan
ketertarikan dan setelah terbuka engkau akan mencari ketertarikan yang
lain dibalik itu yang belum terungkap, katakanlah aura.
Saya membodoh bodohi seorang kawan yang kawin lagi dengan wanita yang
lebih jelek dari istri pertamanya, Dia berkata: Engkau belum lulus!
Aurat tidak sama dengan aura. Saya bergumam sendiri dalam hati: ”wah ini
gara gara banyak wanita yang memamerkan auratnya agar auranya
memancar!”
Asu! Makin merasa peteng mripatku mencari cahaya.. kapan aku kasyaf (tercerahkan)
Trims Aura Kasih !
(aura khusus dalam tulilsan ini tidak menunjukan definisi)